Banyak memang siswi SMK yang sekarang ini menjadi pelacur.
Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta
Depok, Inspektur Satu Elly Padiansari, mengatakan selain telah meminta
keterangan RL (16) siswi SMK yang mengaku dijual rekan sekelasnya yang
juga perempuan Des (15), untuk menjadi PSK, pihaknya juga sudah meminta
keterangan dari Des."Ternyata dari keterangan mereka diketahui
Des ini bukan menjual, tapi menawarkan ke RL. Dan yang bersangkutan mau
saat ditawarkan. RL juga sudah mengakui itu," kata Elly
Karenanya kata Elly dipastikan tidak ada iming-iming atau penjualan
yang dilakukan rekan sekelas RL, yakni Des untuk menjadikan RL sebagai
PSK.
"Jadi anak itu yakni RL memang mau bekerja seperti itu. Anak
itu yang berangkat ke sana dan tidak diiming-imingi apapun. Motifnya
faktor ekonomi," kata Elly.
Elly menuturkan keterangan antara RL
dan Des juga tidak sinkron. Terutama mengenai apakah yang dimaksud di
Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu sebuah kafe atau rumah.
Menurut
Des, kata Elly, yang dimaksud di lenteng Agung itu adalah rumah sang
mami, mucikari mereka. Sementara kafe yang dimaksud ada atau tidak masih
di dalami. "Jadi masih banyak yang tidak jelas dalam hal ini," kata
Elly.
Sebelumnya, RL (16) siswa perempuan Kelas I SMK di Depok ditemani orangtuanya mendatangi Mapolresta Depok, Sabtu malam.
Mereka
melaporkan bahwa RL dijual oleh rekan sekolahnya Des (15) untuk bekerja
melayani nafsu bejat para hidung belang di salah satu kafe di kawasan
Lenteng Agung, Jakarta Selatan dengan diiming-imingi bekerja sebagai
pelayan dan bartende kafe.
Ags, ayah R, mengatakan ia mengetahui
putrinya menjalani praktek prostitusi setelah seorang teman pria anaknya
itu mengadukannya kepadanya.
Menurut Ags, dari keterangan teman pria
anaknya itu disebutkan bahwa, RL telah ditipu rekan satu sekolahnya
yang menjanjikan pekerjaan di kafe di Jakarta Selatan.
"Informasi
teman pria anak saya di kafe itu, anak saya justru disuruh melayani
nafsu bejat pria hidung belang. Menurut dia, anak saya sudah ditipu
teman satu kelasnya," kata Ags, Minggu (11/1/2015) dinihari.
Ags yang bekerja sebagai sopir angkot lalu menanyai anaknya R mengenai informasi yang didapat dari rekan lelaki R.
"Anak
saya sempat membantah. Dia bilang di bekerja jadi pelayan dan bartender
di kafe itu. Tapi akhirnya dia mengaku kalau di sana melayani hidung
belang. Dia sudah ditipu temannya yang menjual anak saya ke germo di
kafe itu," papar Ags sedih.
Menurut Ags, dari keterangan anaknya, ia dibayar Rp 500.000 untuk sekali kencan dengan pria hidung belang.
RL sendiri mengaku sudah dua kali melayani hidung belang selama bekerja di kafe itu sejak akhir 2014 lalu.
Kepada
penyidik di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim
Polresta Depok, R menjelaskan ia diajak teman sekelasnya Des bekerja di
kafe di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
R mengaku ia
ditawari bekerja sebagai pelayan sekaligus bartender di salah satu kafe
hiburan malam di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. "Di sana saya
dikenalkan sama mami. Sama mami disuruh menemani tamu. Sekali menemani
dibayar Rp 500.000. Saya tidak bisa menolak, takut dimarahi" kata R
didampingi ayahnya Ags.
Menurut RL dari uang Rp 500.000 yang diterimana, ia menerima bersih Rp 300.000. Sementara Rp 200.000 menjadi hak sang mami.
No comments:
Post a Comment